Kamis, 10 Agustus 2017

Angkringan



Seri Belajar dari Orang-Orang Sukses 02

Angkringan itu identik dengan Klaten. Setidaknya ini menurut saya. Walaupun ada arus kuat yang menyedot identitas angkringan ke arah Jogjakarta, namun sesuai fakta sejarah perkulineran tradisional lebih kuat ke arah Klaten. Meski begitu harus diakui memang masih ada sedikit orang yang mengira bahwa angkringan adalah wedangan khas kota gudeg tersebut. Tapi . . . sudahlah . . . kita tidak sedang bicara soal budaya, kita bicara soal entrepreneur . . .

Lain dulu lain dengan sekarang. Saat ini angkringan sudah menjadi alternatif kuliner lintas kalangan dengan multi fungsi. Di samping memenuhi kebutuhan konsumen akan makanan murah, meriah, nikmat, mantap dan mak nyus, angkringan juga memerankan fungsi sosial sebagai penambah energi keakraban masyarakat. Di warung wedangan yang diidentikkan sebagai arena kuliner kelas bawah ini, konsumen lintas kalangan bisa ngobrol bebas baik menyangkut topik obrolan maupun durasinya. Obrolan mereka bisa sampai semalaman,  karena banyak angkringan yang buka sampai pagi.

Dari tahun ke tahun geliat angkringan terasa sekali perkembangannya. Sekarang di kota Klaten dalam satu ruas jalan bisa terdapat beberapa angkringan. Hampir tidak ada perempatan yang agak besar di mana angkringan belum berdiri di situ.

Sewaktu merantau di Jakarta beberapa waktu lalu, cak Syam Legenda biasa menikmati kuliner nyamleng ini di perempatan Bendungan Hilir, dekat kantor PDAM Baru. Di angkringan yang di kelola orang asli dari Ceper Klaten ini, biasanya akan ramai setelah maghrib.

Lain di Benhil lain pula di Tangerang. Di sana ada juragan angkringan yaitu pasangan suami istri Ibu Juweni dan Bapak Agus. Pasangan ulet yang juga berasal dari Klaten ini, menekuni kuliner angkringan dengan tekun sampai memiliki 20 lapak yang tersebar di area Tangerang. Apa rahasia percepatan perkembangan usaha kulinernys ? Mungkin karena dari sisi harga sangat terjangkau, itu yang kami jual, menyediakan makanan murah meriah, dengan kualitas tetep terjaga”, ungkapnya.

Yang ke dua adalah kedisiplinan. Menurut pasangan yang ulet ini kedisiplinan adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan bisnis mereka. Terutama dalam pengelolaan uang. Prinsip yang kami pegang adalah pesan orang tua kami waktu masih di kampung dulu, “kalau kamu peliharalah induknya, dan makanlah telurnya saja.” 

Pesan ini kami maknai dengan menjaga modal usaha tetap sebagai modal. Kami tidak memanfaatkan modal usaha untuk membeli barang-barang konsumtif. Kami melihat banyak pengalaman teman-teman yang usahanya gulung tikar karena tidak disiplin dalam mengelola modal usaha. Kebanyakan tergiur dengan barang kosumtif (umumnya mobil baru), padahal laba usahanya belum memadai untuk dibebani dengan cicilan kredit mobil baru. Efeknya menggerogoti modal usaha. Efek berikutnya jalannya bisnis menjadi tersendat-sendat. Akhirnya mau tidak mau nasibnyalah yang dipertaruhkan. Akhirnya bisnisny tutup, karena kehabisan modal. 

Tulisan ini didedikasikan untuk menyambut launching menu baru Rumah Makan Legenda Klaten Jl Mayor Kusmanto Proliman Sekarsuli Klaten







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.