Seri Belajar dari Orang-Orang Sukses 02
Angkringan itu identik dengan
Klaten. Setidaknya ini menurut saya. Walaupun ada arus kuat yang menyedot identitas
angkringan ke arah Jogjakarta, namun sesuai fakta sejarah perkulineran tradisional
lebih kuat ke arah Klaten. Meski begitu harus diakui memang masih ada sedikit orang yang mengira
bahwa angkringan adalah wedangan khas kota gudeg tersebut. Tapi . . . sudahlah . . . kita tidak sedang bicara soal budaya, kita bicara soal entrepreneur . . .
Lain dulu lain dengan sekarang.
Saat ini angkringan sudah menjadi alternatif kuliner lintas kalangan dengan
multi fungsi. Di samping memenuhi kebutuhan konsumen akan makanan murah,
meriah, nikmat, mantap dan mak nyus, angkringan juga memerankan fungsi sosial
sebagai penambah energi keakraban masyarakat. Di warung wedangan yang
diidentikkan sebagai arena kuliner kelas bawah ini, konsumen lintas kalangan bisa
ngobrol bebas baik menyangkut topik obrolan maupun durasinya. Obrolan mereka
bisa sampai semalaman, karena banyak
angkringan yang buka sampai pagi.
Dari tahun ke tahun geliat
angkringan terasa sekali perkembangannya. Sekarang di kota Klaten dalam satu
ruas jalan bisa terdapat beberapa angkringan. Hampir tidak ada perempatan yang
agak besar di mana angkringan belum berdiri di situ.
Sewaktu merantau di Jakarta
beberapa waktu lalu, cak Syam Legenda biasa menikmati kuliner nyamleng ini di
perempatan Bendungan Hilir, dekat kantor PDAM Baru. Di angkringan yang di
kelola orang asli dari Ceper Klaten ini, biasanya akan ramai setelah maghrib.
Lain di Benhil lain pula di
Tangerang. Di sana ada juragan angkringan yaitu pasangan suami istri Ibu Juweni dan Bapak Agus. Pasangan ulet yang juga
berasal dari Klaten ini, menekuni kuliner angkringan dengan tekun sampai
memiliki 20 lapak yang tersebar di area Tangerang. Apa rahasia percepatan perkembangan
usaha kulinernys ? Mungkin karena dari sisi harga sangat terjangkau, itu yang
kami jual, menyediakan makanan murah meriah, dengan kualitas tetep terjaga”,
ungkapnya.
Yang ke dua adalah
kedisiplinan. Menurut pasangan yang ulet ini kedisiplinan adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan bisnis mereka. Terutama dalam pengelolaan uang. Prinsip yang kami
pegang adalah pesan orang tua kami waktu masih di kampung dulu, “kalau kamu
peliharalah induknya, dan makanlah telurnya saja.”
Pesan ini kami maknai dengan
menjaga modal usaha tetap sebagai modal. Kami tidak memanfaatkan modal usaha
untuk membeli barang-barang konsumtif. Kami melihat banyak pengalaman
teman-teman yang usahanya gulung tikar karena tidak disiplin dalam mengelola
modal usaha. Kebanyakan tergiur dengan barang kosumtif (umumnya mobil baru),
padahal laba usahanya belum memadai untuk dibebani dengan cicilan kredit mobil
baru. Efeknya menggerogoti modal usaha. Efek berikutnya jalannya bisnis menjadi
tersendat-sendat. Akhirnya mau tidak mau nasibnyalah yang dipertaruhkan. Akhirnya
bisnisny tutup, karena kehabisan modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.